Rabu, 29 Agustus 2007

Bendera Dibakar Diam Saja

Jakarta, gusdur.netMantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengecam Gubernur NAD Irwandi Yusuf yang berdiam diri dalam menyikapi pembakaran Bendera Merah Putih menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-62 di wilayahnya,.
“Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Tanggung jawab dia di mana?” tegas Gus Dur saat menjadi pembicara pada Refleksi 62 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, di Aula DPP PKB, Jl Kalibata Timur I No. 12 Jakarta Selatan, Kamis (16/08/2007).


Gus Dur menilai diamnya Irwandi, adalah strategi mantan Jubir GAM. “Itulah strategi Irwandi mendorong referendum bagi NAD,” imbuhnya.
Karena itu, Gus Dur meminta Pemerintah SBY bersikap tegas dengan memberhentikan Irwandi dari jabatannya. “Irwandi harus diberhentikan dari gubernur. Pemerintah jangan takut pada Gerakan Aceh Merdeka,” tegasnya.
Selain bagi Irwandi, Gus Dur juga meminta Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk selekasnya menangkap para pelaku pembakaran. “Untuk apa jadi TNI, kalau tidak berani?” katanya.
Selain Gus Dur, hadir sebagai pembicara Rohaniawan Katolik Romo Frans Magnis Suseno, Anggota Dewan Syura DPP PKB Moeslim Abdurrahman, dan Menakertrans Erman Soeparno. Tampak hadir diantara deretan peserta diskusi, Sekjen DPP PKB Yenny Wahid, Ketua DPP PKB Mahfud MD, dan beberapa pengurus daerah.
Frans Magnis Suseno, yang berbicara usai Gus Dur menyatakan, ada beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah saat ini. Misalnya, pertama, kemiskinan. Kedua, eksklusifisme, sektarianisme, dan ekstrimisme. Ketiga, hubungan pusat dan daerah. Dan keempat, sistem hukum.
Karenanya, Romo Magnis mengharapkan masyarakat tidak menuntut kesejahteraan secara instan. “Itu tidak bisa, karena Indonesia masih mengalami goncangan,” ujarnya.
Tapi dirinya optimis akan majunya Bangsa Indonesia. “Karena kita punya modal sosial, politik, budaya, dan agama, untuk membawa negara ini hingga berhasil,” katanya.
Moeslim Abdurrahman lebih banyak mengupas persoalan kemiskinan dan pengangguran yang angkanya kian menaik. “Yang jelas-jelas sangat obyektif, sekarang orang lapar lebih banyak,” katanya.
Ia berharap pemerintah serius memikirkan masalah ini. “Nggak bisa lapar secara NU, Muhammadiyah, Katolik, atau yang lain. Lapar ya lapar! Pemerintah harus memikirkan ini,” pintanya.
Anggota baru Dewan Syura DPP PKB itu juga meminta aktualisasi nasionalisme dari pemerintah, dengan cara: pertama, penyediaan lapangan kerja. Kedua, rakyat yang sakit diobati secara gratis. Ketiga, pendidikan dipikirkan serius. “Inilah nasionalisme aktual,” ujarnya.
Sedang Erman Soeparno lebih banyak memaparkan program transmigrasi Kota Mandiri Terpadu (KMT) yang sedang digalakkan kementeriannya. “Silahkan yang mau mendaftar. Pemerintah menyediakan rumah, lahan 2 hektar, biaya hidup 2 tahun, air bersih, dan sebagainya,” promosinya.
“Yang belum nikah akan kita nikahkan massal,” imbuhnya disambut tawa hadirin.[]

Hukum Nurani

Gejala yang sangat khas pada umat Islam sejak dulu hingga sekarang adalah kecenderungan untuk menanyakan hukum agama berkenaan dengan semua hal, hingga ke aspek-aspek yang paling detil. Inilah yang menjadi lahan subur untuk lahirnya ribuan fatwa.
Setiap umat Islam hendak melakukan sesuatu, mereka selalu bertanya kepada seorang ulama bagaimana hukum Islam mengenai sesuatu itu.
Ilmu fikih tumbuh subur karena adanya mentalitas selalu ingin menanyakan hukum segala hal itu. Gejala ini dianggap normal oleh umat Islam, sebab hal itu menunjukkan bahwa umat Islam sadar hukum dan sadar tentang pentingnya menaati hukum (Tuhan) dalam setiap langkah yang mereka ambil.
Memang tidak seluruhnya gejala semacam ini jelek, tetapi jika berlangsung dengan eksesif, ia jelas akan beradampak buruk pada perkembangan corak keberagamaan dalam umat Islam.
Jika anda membaca rubrik fatwa yang sekarang menjamur di mana-mana, anda akan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh, kadang menggelikan. Dalam suatu rubrik fatwa, saya pernah membaca seseorang menanyakan kepada seorang ulama yang mengasug rubrik tanya-jawab agama tentang bagaimana hukum mengkonsumsi minyak ular: apakah diperbolehkan menurut Islam atau tidak.
Waktu saya kecil dulu, pernik-pernik perkara ibadah memang didiskusikan hingga sudut-sudut yang paling pojok sekalipun. Misalnya, bagaimana hukumnya jika seseorang yang berpuasa mandi lalu air masuk secara tak sengaja ke lubang telinga: batalkah puasanya? Jika seseorang salat memakai sajadah, lalu ujung sajadah itu menyentuh suatu kotoran (najis, misalanya tahi ayam), apakah salat orang itu batal atau tidak?
Gejala inilah yang dulu diejek kaum reformis Islam sebagai "fiqh-oriented". Saya ingin menyebutnya sebagai "fikihisme". Gejala ini dulu umum berlaku hanya di kalangan Muslim tradisional di pedesaan. Anehnya, gejala ini sekarang muncul kembali di tengah-tengah masyarakat Muslim kota, dan justru di kalangan terdidik.
Gejala ini, menurut saya, menandakan adanya "ketidakdewasaan moral" dalam umat Islam. Menanyakan hukum Islam mengenai segala sesuatu menandakan bahwa umat Islam tidak berani berpikir sendiri. Mereka memandang bahwa hukum adalah sesuatu yang tertera dalam teks Kitab Suci, sementara hasil penalaran manusia bukan dianggap sebagai suatu hukum yang mengikat.
Karena orang-orang yang dianggap sebagai ahli tentang teks agama adalah para ulama, maka mereka selalu berpaling kepada ulama untuk menanyakan segala hal. Menggantungkan segala keputusan kepada ulama, umat Islam tidak berani melakukan penalaran rasional sendiri atas segala hal yang mereka hadapi.
Saya tidak "anti ulama". Ulama, buat saya, adalah semacam eksemplar moral yang menjadi inspirasi bagi umat, bukan menjadi semacam "mesin kalkulator" untuk menjawab semua pertanyaan umat. Pada akhirnya umat harus didorong untuk berpikir sendiri secara dewasa.
Untuk itulah saya mengajukan suatu bentuk hukum lain, yakni hukum nurani. Inspirasi gagasan ini saya peroleh dari hadis Nabi yang terkenal, "Istafti qalbaka", mintalah fatwa pada nuranimu sendiri.
Artinya, sangat penting bagi umat Islam untuk mengembangkan kesadaran moral yang tinggi, mendalam, dan penuh tanggungjawab. Hal itu tak bisa lain kecuali jika umat Islam terus mengasah agar nuraninya berkembang dengan sehat. Nurani yang sehatlah yang akan menjadi pemandu bagi seorang beriman.
Dalam menghadapi segala sesuatu, ia tak perlu bertanya kepada seorang ustad; ia hanya perlu bertanya kepada nuraninya sendiri. Ia boleh bertanya kepada seorang ustad, tetapi pada akhirnya keputusan final tetap ada di tangan nurani yang bersangkutan.
Dengan demikian, umat Islam akan pelan-pelan menjadi subyek yang secara moral dewasa. Dan itulah tujuan akhir agama yang sangat penting: kedewasaan moral. Dengan nurani yang matang dan sikap moral yang dewasa, seorang beriman akan menjalankan agama bukan karena aturan-aturan formal yang dipakasakan dari luar, tetapi karena dorongan yang kuat dari dalam "diri" sendiri. (http://www.islamlib.com/)

ANJING DAN KELEDAI

Seorang yang baru saja menemukan cara memahami artisuara-suara yang dikeluarkan binatang, pada suatu berjalansepanjang lorong di desa. Dilihatnya seekor keledai, yang baru saja meringkik dan disampingnya ada seekor anjing, menyalak-nyalak sekeras-keras-nya. Ketika orang itu semakin dekat, arti pertukaran suarabinatang itu bisa ditangkapnya. "Uh, bosan! Kau ngomong saja tentang rumput dan padangrumput yang kering bisa dipergunakan sebagai penggantidaging," katanya menyela. Kedua binatang itu memandangnya sejenak. Anjing menyalakkeras-keras sehingga suara orang itu tak terdengar samasekali; dan keledai menyepak dengan kaki belakangnya tepatmengenai orang itu sampai kelenger. Kemudian kedua binatang kembali adu mulut. Catatan Kisah ini, yang menyerupai kisah Rumi, adalah fabel dalamkumpulan kisah Majnun Qalandar, yang mengembara selama empatpuluh tahun pada abad ketiga belas, membacakan kisah nasehatdi pasar-pasar. Beberapa orang mengatakan bahwa iabenar-benar gila (seperti yang ditunjukkan oleh namanya);orang-orang lain beranggapan bahwa ia merupakan salahseorang di antara "Orang-orang yang berubah"-- yang telahmengembangkan pengertian adanya hubungan antara benda-benda,yang oleh orang-orang biasa dianggap terpisah.

Let’s Join With Us!!! PELATIHAN WEBLOG SLTA & PT SE-PASURUAN

Sejak pertama kali ditemukan, banyak orang yakin teknologi web akan mempermudah kita untuk menerbitkan naskah secara online. Orang tidak lagi perlu berbelit-belit untuk menerbitkan naskah, juga tidak terlalu bergantung kepada perusahaan penerbitan. Siapa saja, asal dia bisa menulis, bisa langsung menerbitkannya dan berpotensi dibaca oleh banyak orang diseluruh dunia.
Tapi keyakinan itu tidak cepat-cepat terbukti. Sampai menjelang akhir 90-an tidak sembarang orang bisa menerbitkan tulisannya di internet. Karena ternyata, agar naskahnya terpajang dengan baik di web, orang tidak cukup bermodalkan kemampuan menulis. Dia juga dituntut paham HTML (Hypertext Markup Language), dan mengerti cara mengirimkan file dokumen naskahnya ke server lewat FTP (File Transfer Protocol). Tidak semua orang punya ketekunan untuk menangani hal-hal semacam itu.
Keyakinan bahwa web akan mempermudah orang untuk menerbitkan naskahnya baru terbukti ketika internet dilanda demam blog. Blog, yang terkadang juga disebut dengan weblog, adalah publikasi sederhana naskah-naskah yang ditata berdasarkan urutan waktu seperti layaknya sebuah jurnal atau catatan harian. System yang berada dibelakangnya sebetulnya sudah ditemukan terlebih dahulu dan dikenal sebagai CMS (Content Managements System, Sistem pengelolaan isi web). CMS biasa dipakai oleh media-media online untuk mempermudah mereka dalam mengelola penerbitan berita atau cerita secara online. Namun, di blog, CMS mengalami penyederhanaan.
Dengan sistem ini, siapapun kita, bisa dengan mudah menuliskan naskah dan menerbitkannya secara online. Tidak perlu trampil untuk mengolah detil HTML yang rumit. Tidak perlu repot mengirimkan naskah dengan menggunakan software FTP khusus, semuanya bisa dilakukan di browser yang biasa kita pakai untuk jalan-jalan di internet.
Deskripsi ini yang mengilhami serangkaian kegiatan Pengurus Komisariat Ngalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Yudharta Pasuruan,salah satunya sebagai penunjang skill teknologi yang dikemas dalam kegiatan Pelatihan Desain Web Berbasis Blog Tingkat SLTA & Perguruan Tinggi Se-Pasuruan, harapan dan target dari kegiatan ini adalah para peserta dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang tulis-menulis dan proses pengembangan wacana yang terintegrasi dengan teknologi informasi.
Kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 28-30 Agustus 2007, di mulai pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Dibagi 3 sesi dengan 1 sesi perharinya. Pendaftaran langsung ke sekretariat PMII Komisariat Ngalah Jl. Kembang Kuning No.09 Sengonagung Purwosari Pasuruan Jatim 67173 atau kontak di 081805088991 (Mr. Key), pendaftaran ditutup sampai tanggal 27 Agustus 2007.